Menantang Maut Menuntut Ilmu
https://alifsulung.blogspot.com/2017/08/menantang-maut-menuntut-ilmu.html
![]() | ||||||||||
|
Sebelumnya: Demi Menggapai Asa, Siswa Ini Menantang Maut Menuju Sekolah
Saban hari warga harus melintas sungai meskipun terkadang airnya mengalir deras. Tidak punya pilihan lain dan hal itu terpaksa dilakukan.
Artikel Lainnya
loading...
Mereka yang tinggal diseberangi sungai hanya menunggu sebuah harapan. Yakni sebuah Jembatan gantung yang jika terkabulkan dapat menghubungkan dan melancarkan akses warga yang rata-rata sebagai petani.
Baca juga:
Dua Pejalan Kaki Meregang Nyawa, Sopir Minibus Melarikan Diri
Akhirnya Ibu Bayi Kembar Tiga Bisa Bernafas Lega
Kebakaran Hebat Kembali Meluluhkan di Dharmasraya
Baca juga:
Dua Pejalan Kaki Meregang Nyawa, Sopir Minibus Melarikan Diri
Akhirnya Ibu Bayi Kembar Tiga Bisa Bernafas Lega
Kebakaran Hebat Kembali Meluluhkan di Dharmasraya
"Belum pernah satupun bantuan yang kami dapatkan untuk kampung kami ini. Seolah kami terpinggirkan. Seolah tidak ada yang mau peduli dan Seolah-olah kami hanya menunggu janji yang tiada pasti" ucap Tasman (62) warga setempat.
Bila hujan lebat,dipastikannya tidak akan bisa dilewati. Warga terpaksa memutar arah ke bagian jalan setapak diarea tepiperbukitan dusun salak. Jalan memutar-mutar itu ditempuh dengan jarak sekitar 3 Kilometer.
Baca juga: Pulang Dari China, Siswa SMP Hikmah Bersiap ke Australia dan Maroko
Baca juga: Pulang Dari China, Siswa SMP Hikmah Bersiap ke Australia dan Maroko
Tasman mengatakan para pejabat terkait yang bisa mewujudkan harapan masyarakat kecil disana hendaknya segera berbuat.
"Kepada siapa lagi kami mengadu. Kami berkecil hati bila membandingkan kampung ini dengan yang lain. Kampung lain jalan menuju ladang saja dibuatkan jembatan. Padahal tidak ada masyarakat yang menetap. Sedangkan kami yang jelas tinggal sebanyak 30 KK belum dapat apa- apa"ujarnya.
Ia menyebutkan bahwa hasil tani dan kebun yang lalu lantang mereka bawa keluar seperti karet, sawit, gambir, cengkeh, kopi cokelat, buah pala dan padi dengan luas lahan produktif sekitar 12 Hektar.
"Yang paling susah itu ketika kami panen sawit pak. Ya mau apalagi. Mau tidak mau harus dilewati," lanjutnya.
Walinagari IV Koto Hilia, Kecamatan Batang Kapas di lokasi mengakui kesulitan dan segala macam kendala yang di alami warga.
Tapi dia tidak bisa banyak berbuat. Sebab untuk pembangunan sebuah jembatan gantung sepanjang 40 meter membutuhkan dana yang cukup besar dan tidak dapat tertampung dengan dana desa yang ada.
Ia menopangkan sebuah harapan kepada pemerintah daerah,pihak-pihak punyak kekuasaan maupun anggota DPRD untuk bisa membawa dana aspirasi dalam mewujudkan mimpi masyarakat kecil di Salak. (niko)loading...